KLMM-22

Kembali ke KLMM-21 | Lanjut ke KLMM-23

“Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening Mbak Ayu Sakiah Bank BRI No. Rek: 069301012155501  Kami sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung saya (Ki Arif) untuk terus berkarya. Bagi CanMen yang sudah berkenan bisa info ke email: sakiah2@gmail.com
Matur suwun



Laman: 1 2

Telah Terbit on 16/03/2024 at 22:08  Comments (911)  

911 KomentarTinggalkan komentar

  1. semoga lekas sembuh dan sehat kembali

  2. Semoga cepet sembuh ki..

  3. Smoga Allah SWT mengangkat penyakit yang panjenengan alami nggih Ki… Lekas sembuh shg bisa beraktitivitas seperti sediakala…

  4. semoga lekas sembuh

  5. semoga lekas sembuh ki AU dan secepatnya bisa beraktivitas seperti semula menghibur kami semua para cantrik PGS.

    Semoga saja dlm tahap penyembuhan mendapatkan imajinasi untuk cerita berikutnya seperti tokoh AS yg mencoba bayangan semunya berkeliaran justru ketika terluka setelah perang tanding lawan Panembahan saudara kembar kecruk putih yg jadi raksasa. 🙏

    • a

      • Test

    • Aamiin3x

  6. akhirnya bisa isi komentar lagi setelah ganti aplikasi,semoga cepat sembuh ki pelangisingosari.

  7. Semoga lekas sehat dan tetap semangat Ki.

    • Aamiin

  8. KLMM-22 halaman 60-61

    Orang yang paling cemas tentu saja Ki Demang Kalireja yang bertempur agak jauh hingga sudah mencapai regol depan. Tetapi ia tidak bisa meninggalkan begitu saja arena pertempurannya yang agak jauh dari tempat Ki Talang Putih terbaring. Sehingga dengan kening dipenuhi kerutan kecemasan akan nasib gurunya, Ki Demang Kalireja meneruskan pertarungannya meski dengan dada berdebar cemas ingin mengetahui keadaan  Ki Talang Putih.

    Dari semua lingkaran pertempuran yang ada, hanya pertarungan Agung Sedayu melawan Ki Ageng Lawang Geni saja yang hampir tidak terpengaruh sama sekali. Ki Ageng Lawang Geni sama sekali tidak peduli dengan ledakan-ledakan keras yang baru saja terjadi. Ia tidak mengenal siapa pun yang bertarung di lingkaran tersebut hingga menemui ajalnya.

    Sehingga Ki Ageng Lawang Geni tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap nasib mereka. Demikian pula dengan Agung Sedayu. Kesulitannya menghadapi Ki Ageng Lawang Geni pun terus bertambah sehingga ia tidak ingin mengalihkan perhatiannya dari lawannya. Ia hanya berharap, Ki Talang Putih masih bertahan setelah benturan yang sedemikan kerasnya hingga beberapa kali.

    Tetapi sekali lagi, keadaan Ki Gede Menoreh tampak semakin mengkhawatirkan. Tombaknya masih mematuk dengan garangnya setiap kali serangan Raden Tenggulun bisa dimentahkan. Namun seruas demi seruas jari, serangan Raden Tenggulun semakin mendekat ke kulit Ki Gede Menoreh.

    Kesulitan Ki Gede Menoreh mengatasi rasa dingin yang disebabkan oleh aji yang melapisi setiap serangan Raden Tenggulun terasa sangat nyata. Sementara, baik Agung Sedayu maupun Ki Ageng Lawang Geni mulai jarang mencampuri pertarungan mereka. Maka beberapa waktu setelah pertarungan Sangga dan Sarungga melawan Ki  Talang Putih terhenti, Ki Gede Menoreh telah terdesak hebat. Sehingga pada akhirnya sebuah sayatan tipis telah mampir ke lengannya. Ki Gede Menoreh tampak meringis karena sayatan tersebut diikuti dengan perasaan perih yang hampir tidak tertahankan.

    “Ki Gede!” seru tertahan Agung Sedayu yang mencemaskan keadaan mertuanya.

    Sedikit muncul kekhawatiran di benaknya jika orang-orang Jalatunda terbiasa menggunakan racun di pedang-pedang mereka demi melihat rona wajah Ki Gede Menoreh yang tampak kesakitan.

    “Minggir kau Tenggulun!” teriak Ki Ageng Lawang Geni seraya melontarkan sebuah kobaran apinya mengejar Taden Tenggulun sehingga murid dari Ki Ageng Jalatunda tersebut harus  menahan langkah dan berkelit menghindar sebelum ia bisa meringkus Ki Gede Menoreh yang sedang menapak ke belakang untuk mengambil jarak dari dirinya.

    Raden Tenggulun pun berseru marah sambil menghindar. Sungguh sulit menebak keinginan Ki Ageng Lawang Geni. Padahal sangat mudah bagi mereka untuk bekerja sama saja dalam keadaan yang memuncak ini. Tentunya hal tersebut dapat menyederhanakan persoalan. Raden Tenggulun bisa meringkus Ki Gede Menoreh, lalu mendesakkan keinginan-keinginannya, berikut keinginan Ki Ageng Lawang Geni agar dipenuhi oleh orang-orang Menoreh termasuk terhadap persoalan Agung Sedayu.

    Akan tetapi jiwa pongah dan terlalu bangga pada dirinya sendiri yang dimiliki oleh Ki Ageng Lawang Geni justru tidak menyederhanakan persoalan sebagaimana keinginan Raden Tenggulun. Bagi Ki Ageng Lawang Geni, semua harus tunduk pada keinginannya termasuk orang-orang yang seharusnya dapat membantu mempermudah tujuannya.

    Bagi Raden Tenggulun, di dalam peperangan sikap seperti Ki Ageng Lawang Geni justru sangat merugikan karena dapat merusak kedua belah pihak sekaligus. Maka ia mulai berpikir untuk mencari cara mendesak Ki Ageng Lawang Geni untuk memilih salah satu pihak sebelum ia benar-benar merusak rencananya.

    ******

    • Terima kasih telah bersabar menunggu hadirnya lembar demi lembar KLMM.

      Sayangnya, kali ini sanak kadang Gagaseta masih harus bersabar lagi.

      Karena kesibukan Ki Arif saat Ramadhan dan apalagi saat lebaran, maka penyusunan naskah juga menjadi terganggu.

      Oleh karena itu, untuk menjaga kekosongan wedaran maka kecepatan wedaran akan dikurangi dari setiap hari menjadi dua hari sekali sampai selesainya naskah KLMM-23.

      Wedaran KLMM-22 selanjutnya hari Sabtu.

      Mohon dimaklumi.

      • Waalaikumsalam Ki Pelangi ….

        mugi2 enggal dangan kanthi sempurno…..

        ingkang paling penting sehat walafiat rumiyin Ki….

        mugi2 kito sedoyo sakbrayat diparingi kaimanan kasarasan kaafiatan kasarehan kaikhlasan kekiatan karahayon karaharjan kawilujengan kabahagyan lumebering rejeki kaberkahan kamulyan fidunya wal akhiroti saking Gusti Allah Ingkang Moho Welas Asih…..

        aamiin yaa Rabbal alamiin….

      • alhamdulillah akhirnya wedarannsudah bisa terbitkan…

        mugi² ki usman selalu memdapat perlindungan dari Allah SWT.

        rutam nuwus ki pelangisingosari

    • Lah rak ngoten Ki Pelangi. Nembe mawon opname wedaranipun mboten sah dalu dalu

    • Ki Gede Manoreh terluka Agung Sedayu gagal melindungi mertua.

      Untungnya koalisi antara Ki Ageng Lawang Geni dan Raden Tenggulan tidak mulus sehingga Ki Gede masih sempat bernafas untuk terhindar dari tekakanan Raden Tenggulun.

      Ternyata Agung Sedayu masih belum menemukan celah untuk melumpuhkan Ki ALG yang ternyata ilmunya sukar diukur.

      Kondisi di Manoreh semangkin sulit diterawang walau sudah meminta korban Sangga dan Sarungga yang ditelan bumi tapi kondisi Ki Talang Putih juga terkapar ditanah.

      Tapi untungnya ada tanda ****** bintang berjejer wayahe muncul kalimat “Dalam pada itu” mengajak untuk melupakan sejenak keadaan Manoreh … hehehe

      • Weruh wae 😀

      • Si Peragu itu membuat Mertuanya terluka, gemes tenan

        • hiks !!🤪🤭

    • TAS semakin kesulitan menghadapi ki ALG ditambah lagi kecemasannya kpd mertuanya, mungkinkah TAS akan tetap biasa² saja dlm bertarung ataukah akan tas tes dlm melihat kesulitan yg dialami mertuanya??? ….

      ikuti kelanjutan pusingnya TAS bsk sabtu malam minggu apakah dia akan mengungkap seluruh kelebihannya atau masih dalam keadaan meragu dgn mengorbankan kawan²nya.

    • TAS semakin kesulitan menghadapi ki ALG ditambah lagi kecemasannya kpd mertuanya, mungkinkah TAS akan tetap biasa² saja dlm bertarung ataukah akan tas tes dlm melihat kesulitan yg dialami mertuanya??? ….

      ikuti kelanjutan pusingnya TAS bsk sabtu malam minggu apakah dia akan mengungkap seluruh kelebihannya atau masih dalam keadaan meragu dgn mengorbankan kawan²nya. 😧😧😧

  9. Terima kasih atas perhatian dan doa sanak kadang Gagakseta.

    Alhamdulillah, sumber penyakit sudah bisa diatasi dan tidak ada komplikasi dengan penyakit yang lain.

    Saat ini tinggal pemulihan saja.

    Nuwun

    • alhamdulillah… mugi sehat semuanya…

      • bar bola , gerbong meluncur

    • Alhamdulillah semoga cepat sembuh dan dapat beraktifitas kembali

      matur nuwun wedaranipun ki

    • Alhamdulillah 🤲🤲

    • Mugi2 tansah pinaringan sehat lan rahayu ki,,,

    • Alhamdulillaah, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan memberikan kemudahan dalam segala urusan 🤲

    • minumlah sari kurma dan madu untuk memperbaiki lambung…

      ini bukan lambung kiri lambung kanan Lo yooo…lak bal balan

  10. Semoga sehat selalu Ki.

    • Terimakasih ki ps,sehat dan semangat selalu.

  11. “Marilah kita berangkat agar permasalahan ini cepat selesai” perintah Sekar Mirah pada rombongan yang akan menyatroni Kedemangan Samangkak

    “Ayahe aku berangkat !!!…

    Sudah wayahe semangkak itu aku akan buat bosok”

    Kayak.lebih seru baca gelut Sekar Mirah yang tas tes bat bet dari pada Agung Sedayu …hehehe

  12. iya ndo…peluk ayahe dulu..

    • ayahe pada 20/04/2024 pukul 15:40iya ndo…peluk ayahe dulu..

      CIPIKA

      CIPIKI

      DULU NDUK BIAR BAT BET WAT WET TAS TES JLAB JLEB…HE HE HE

      WAYAHE…WAYAHE..WAYAHE…SORE SOREAN GERBONGE YA TAMBAH ASYIIIK NGGAK MASUK ANGIN…

  13. KLMM-22 halaman 62-63

    Dalam pada itu di mulut lembah Merapi Merbabu yang berbatasan dengan Kademangan Cepaga, Ki Lurah Anjasmaya dan kawan-kawannya bergegas menyiapkan tandu untuk membawa jenazah Ki Lurah Jalawrasta. Dengan membuat tandu darurat, kelima prajurit Mataram itu kemudian membawa jasad kawannya untuk dikebumikan dengan layak di Cepaga.

    Teja Wulung pun mengikuti mereka kembali ke kademangan tempat ia dilahirkan. Ada getar perasaan rindu sekaligus berat hati saat kakinya benar-benar melangkah menuju Kademangan Cepaga. Ia pernah bersumpah tidak akan memasuki kademangan itu lagi sebelum segala kemuktennya tercapai.

    Kini, meski ia tidak berhasil mencapai apapun, tetapi ia tetap dapat kembali ke kademangannya tanpa perlu memikirkan cemoohan atau hinaan orang-orang yang dahulu mendengar sumpahnya. Ternyata apapun yang telah ia perbuat, tanah kelahiran tetaplah tempat yang selalu membuka tangannya kapan pun ia akan kembali dalam keadaan apa pun.

    Akan tetapi, tanpa disadari Teja Wulung dan Ki Lurah Anjasmaya yang sedang mempersiapkan tandu, gerak-gerik mereka di sekitar padang perdu itu ternyata telah diketahui dan diamati oleh seseorang yang bertubuh cacat.

    “Guru, aku menemukan mereka” bisik Ki Bongkok melalui Aji Pameling demi melihat Teja Wulung ada diantara para prajurit Mataram yang sedang mengurus jenazah Ki Lurah Jalawrasta agar dapat di tandu ke Cepaga.

    “Jangan buang waktu. Cepat bunuh dia dan buat seolah-olah orang Mataram lah yang telah membunuhnya” jawab Panembahan Agung dengan nada suara yang terdengar gusar.

    “Baik guru. Apakah aku bisa meminjam Aji Tapak Liman milikmu guru? Aku akan melontarkan sebatang dahan dari jarak jauh, tepat ke jantung pangeran itu”

    “Bersiaplah!”

    Bongkok menarik napas pendek sambil memusatkan nalar budinya sejenak. Sekejap kemudian, ia bisa merasakan darahnya bergolak sesaat ketika Aji Tapak Liman telah dikirimkan gurunya melalui hubungan ilmu semu mereka yang selalu  terhubung dimanapun murid-murid Panembahan Agung berada.

    Dorongan tenaga cadangan Aji Tapak Liman terasa memenuhi tangan kanan Bongkok. Dengan Aji Tapak Liman, kedahsyatan tangan bongkok akan sangat mengerikan. Apapun yang menerima gempuran dari telapak tangannya akan merasakan desakan hebat sebagaimana seribu kaki gajah menimpanya sekaligus. Sementara, dengan menggenggam suatu benda dan melontarkannya, maka hasil yang di dapat pun akan sama saja. Benda tersebut akan menghujam laksana seribu tombak yang menghentak bersamaan di satu titik.

    Ki Bongkok dalam wujud semunya sebagai seekor singa harus mendekat lebih dahulu hingga jarak beberapa belas tombak sebelum melontarkan sebatang dahan runcing yang akan dilontarkannya dengan bantuan Aji Tapak Liman yang mumpuni. Orang linuwih sekali pun akan sangat sulit menghindarinya karena kecepatan lontarannya akan jauh lebih cepat dari mata berkedip. Bahkan desakan dari aji tersebut disebut-sebut mampu menembus beberapa ilmu kebal.

    Ki Bongkok dengan kemampuannya menyerap segala bunyi dan gesekan dari alam sekitarnya telah menyusup dengan cepat diantara ilalang dan pohon-pohon perdu yang tumbuh di perbukitan. Gerakannya sedemikian halus, sehingga tampaknya Teja Wulung yang tengah dirundung duka tidak menyadarinya. Ki Bongkok sendiri telah menggenggam dahan pendek yang cukup lurus di genggaman tangannya sebagai alat untuk membunuh Teja Wulung dari kejauhan.

    • Tengkyu ….tengkyuuuuu

      • GEMOGE selamet teja Wulungdari serangan dahan oleh si bongkok dgn ajian tapak Liman ta’ yeeach…wuuuuuuz dahanpun melesat ke arah jantung teja Wulung….entah karena apa dahan yg akan menembus jantung teja Wulung terhenti sekita makjleg…guruuuusuara teja Wulung memanggil nya

        to be continue

    • tiati Tejo Wulung ….bahaya mengancammu lho….

      tiba2 muncullah kelebatan bayangan yg sangat cepat dan tidak menimbulkan bunyi……

    • Tanpa disadari oleh siapapun, sepasang mata tua tapi masih sangat tajam mengamati semua gerak gerik Bongkok. Dengan menggeram dalam hati, orang itu yang tidak lain Ki Ageng Selagilang berkata

      “Panembahan, kau akan langsung berhadapan denganku apabila kau usik Teja Wulung”

      “Aku tidak main main Panembahan”

      • Tanpa disadari oleh siapapun, sepasang mata tua tapi masih sangat tajam mengamati semua gerak gerik Bongkok.

        Saat KB sedang memusatian segala nalar budi untuk melontarkan Aji Tapak Liman, si pemilik sepadang mata tua itu pun telah bergeser ke arah diantara TW da KB dengan gerakan yang dapat menyerap segala bunyi dan gesekan alam.

        Dan sesaat KB melontarkan batang tanaman tsb, dengan kecepatan melebihi tatit, si pemilik sepasang mata tua tsb dengan tangkas berhasil memapas serangan yang sangat curang tsb.

        • Tiba tiba pemilik sepasang mata tua itu agak terusik dan tergetar hatinya karena ada sepasang mata bola yang memandangnya dari balik jendela ….hehehe

          • wkwkw

          • 😁😁😁😁😁😁

    • sekelas TW tidak bisa meraba keberadaan si bongkok 🤔

  14. matur thanks ki..

    semoga sehat selalu…

  15. pasti nya ada TAS …d situ …ilmu nya mlebihi orang linuwih …ilmu TAS udah sundul langit

    lanjuuuuuuut ..hiks

  16. Tanpa disadari oleh Ki Bongkok, dari kejauhan dalam arah yang menyilang kedatangan Ki Bongkok, seorang yang sudah sangat sepuh perlahan membungkukkan badannya, tangannya memungut sebongkah batu tidak terlalu besar hanya sebesar bulatan telur ayam. Sambil menarik nafas pelan, tangannya bergetar ketika dengan cepat kekuatan yang sangat dahsyat dari Aji Tapak Badak mengalir memusat kedalam gemggaman tangannya.

    • Whaiki… cocok bingit

  17. Hari ini libur nggih.

    • Jelas lah Ki, ini kan hari minggu 😉😜

      • wkwkwkwk

        • Libur nggak masalah Ki
          Tapi harusnya ada bocoran nih
          Gambar sampul jilid berikutnnya

          Soalnya dah halaman 60an ini 😜

          • Ko selalu kesusu saja permintaannya ??🤭🍼🤪

          • Untuk bahan analisa Ki

            Gimana sih ?🤔😜😉

          • 🫨🍼🤪

    • Nggih

  18. titip salam buat PW yg lg sendiri….

    • Ayahe wis wayahe kemulan …hiks

  19. KLMM-22 halaman 64-65

    “Dari puncak gundukan tanah itu. Aku bisa menyerangnya dengan mudah” membatin Ki Bongkok seraya berlari dengan kedua tangan dan kakinya menaiki sebuah bukit kecil. Sebagaimana ilmu semu yang sedang melapisinya, maka orang-orang linuwih sekalipun hanya akan melihat dirinya sebagai sesosok singa jantan yang berkelebat menaiki bukit.

    Maka beberapa langkah sebelum mencapai puncak bukit, Ki Bongkok telah melompat tinggi agar dapat mencapainya dalam waktu sekedipan mata. Setelahnya, ia akan cepat-cepat membidik Teja Wulung yang sedang berjalan bersama orang-orang Mataram di pinggang bukit yang berseberangan dengan bukit yang sedang dinaiki Ki Bongkok.

    Ki Bongkok hampir mendarat di puncak bukit yang ditujunya. Tetapi secara tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang cukup janggal. Tubuhnya seperti sedang menembus tirai tidak kasat mata. Lapisan yang ditembusnya memang tidak terlihat sama sekali, tetapi mampu dirasakan oleh syaraf-syaraf pada kulitnya bagaikan sentuhan bulu yang halus.

    Lebih terkejut lagi saat Ki Bongkok tinggal sejengkal dari tanah, tiba-tiba ia tidak mampu menguasai dirinya dan telah terjerembab ke atas tanah perbukitan yang keras bagaikan nangka yang jatuh dari pohonnya.

    “Setan alas! Apa yang terjadi!?”” desisnya merasakan perih karena memar di wajah dan bahunya yang mendarat lebih dahulu.

    Matanya hanya dapat memandang kegelapan di sekelilingnya. Rombongan Teja Wulung yang ada di hadapannya kini tampak sangat samar. Bahkan tidak terlihat jelas sebagaimana tadi. Padahal jarak mereka justru lebih dekat sekarang.

    “Guru!” panggil Ki Bongkok menyadari bahwa hubungan ilmu semu mereka telah terputus. Bahkan Aji Tapak Liman yang tadi telah terkumpul di tangan kanannya telah menghilang pula.

    “Guru!” panggil Ki Bongkok dengan perasaan makin bingung. Ki Bongkok sampai merendah berusaha menyamarkan dirinya di antara ilalang di tengah kebingungannya menghadapi keadaan dirinya yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

    Seumur hidupnya selama mengabdi kepada Panembahan Agung, baru kali inilah ia merasakan pengalaman seperti ini. Hubungannya dengan Panembahan Agung melalui ilmu semunya benar-benar terputus. Ia sama sekali tidak mampu merasakan kehadiran gurunya ataupun hubungan ilmu semu dari gurunya. Bahkan wujud semu sebagai seekor singa yang selama ini menutupi keadaanya wadagnya yang memiliki kekurangan juga telah hilang sama sekali.

    Bahkan saat ia menemani Jagat Satria memata-matai Menoreh sementara gurunya masih berada di padepokannya, Ki Bongkok tetap dapat merasakan hubungan dengan gurunya. Karena dorongan tenaga cadangan dari gurunya pulalah yang membuatnya mampu menggotong Ki Ageng Selagilang dalam bentuk semunya sebagai seekor singa sehingga ia mampu membawanya ke Lembah Merapi Merbabu.

    “Gila apa yang terjadi!?” desis Ki Bongkok semakin kebingungan.

    Sesaat ia tampak seperti kanak-kanak yang kehilangan mainan yang paling disukainya. Bahkan rombongan Teja Wulung yang membawa jenazah Ki Lurah Jalawrasta pun dibiarkannya menghilang dalam kegelapan.

    Ki Bongkok dengan perasaan cemas berusaha duduk bersila memusatkan nalar budinya. Tidak ada yang salah dengan keadaan tubuhnya. Ia dapat menghimpun tenaga cadangan yang ia miliki dalam waktu sekejap. Namun, hubungannya dengan Panembahan Agung ternyata benar-benar putus sama sekali. Bahkan aji Pameling yang dikuasainya pun tidak mampu menjangkau gurunya sama sekali.

    “Aneh. Ini aneh sekali” gumam Ki Bongkok masih belum memahami keadaan dirinya.

    • gasik

    • Wah ini pasti tirai goibnya Ki Sanci .. hiks!!

      • tirai ghoib ingatbki sancibya Ki adiwa…semoga baik” saja dan sehat selalu….

        tapi kira” siapa ya..yg mempunyai tirai ghoib tsb..

        apakah Kanjeng sunan…??? Mana ku tahu?????

      • Diputar puter jika urusan tirai, apalagi kok tirai goib.. satu nama yg patut disebut ya ki Sanci.

        Dengan satu tangan Tumenggung Kusuma Jaya dalam balutan tirai goib memapak Singa bongkok hingga terjerembab, kejrungup.. tele tele.. lali sakkabehe. .. aku dimana ini..

        😁😄

      • Kalau tirai goib lumrah. Tdk ada yang spesial.

        Yang spesial dan sangat mendebarkan adalah “Tirai Kasih Yang Terkoyak”

      • Betul Pak Breng n Ki Mafara Ki Sanci adalah salah satu penulis yg mengikuti selera pembaca dimana seri DML yg berbasic KLMM dibuat lebih berbobot dan sat set bat bet sehingga berakhir di jilid 17 (%) 🤭

        Tambahan bobotnya dimana kedua tokoh diberi tambahan ilmu tingkat dewa utk Panembahan Agung yg bisa merubah ujud seperti raksasa dan Agung Sedayu diberi ilmu tingkat sunan dan Nabi Khidir dengan ritual tapa mendem 300 thn makan buah yg berumur 1000 thn dan ilmu serat jiwa yg diciptakan Sunan Kalijaga juga disisipkan ke Agung Sedayu.

        Kalau tirai goib itu perlindungan dari Nabi Khidir kalau tidak salah, kalau benar sukur kalau salah ya maaf …hehehe

        Semoga Ki Sanci tetap sehat2 selalu dan tetap berkarya.

    • waah k Bangkok k hilangan signal atw paket internet n pulsa nya harus segera isi ulang alias hbis …hiks

      • gangguan signal ki….lagi musim…seperti saya kehilangan signal klmm bbrp saat selama arus mudik dan arus balik

    • 🦖__________🌵____________🦕

      error code: ERR_INTERNET_DISCONECTED

      • bisa buat mainan lompat2 ini 😀

        • Iya, buat latihan cantrik olah jempol

    • dugaan sementara yg hampir pasti adalah campur tangan sunan Muria. Jelmaan singa ki bongkok sj orang linuwih tdk bisa membedakan antara asli dan semu, ini sudah membuktikan kalau ilmu semu PA sudah sempurna di banding TAS yg masih bisa di bedakan. Kalau sunan Muria sj sudah turun tangan berarti TAS tidak bisa menghadapi PA one by one. Solusinya untuk mengembalikan marwah tokoh utama yaitu TAS maka dlm perjalanan ke LMM TAS harus bisa meningkatkan ilmunya sebagaimana ketika TAS pulang ke menoreh sambil meningkatkan ilmu sedotnya.

      • Sepertinya pemutusan jalur itu dilakukan oleh PA sendiri karena sedang sibuk dgn para endang2nya atau ada endang baru dan PA tidak mau terganggu.

        Mengingat dan menimbang hubungan murid sama guru itu sangat dekat sekali seperti anak dan bapak dan ilmu telepatinya sudah tak berjarak, jadi kesimpulannya tirai yang datang itu justru PA yg kirim karena Tirai kasihnya pada endang tak ingin terkoyak oleh sibongkok …hehehe

        • kalau yg melakukan PA sendiri berarti sakti sekali ki adiwa, mungkin yg mampu menghadapi harus sunan Muria sendiri. Kalau di ki sanci terlalu lebay ilmunya ki, kurang bisa di nalar terlalu sakti seperti dewa. Yg masih wajar itu ilmunya yg di KLMM tp perlu dikembangkan lagi karena musuhnya juga sakti. Karena disaat terluka diatas pembaringan sj AS bisa mengembangkan ilmunya apalagi saat sehat waras 😄😄😄

          makanya perlu mengembalikan marwah citra dari seorang tokoh utama agar tidak terlalu mengkhawatirkan, lawan ki ALG aja pontang panting apalagi PA yg notabene ki ALG sj menghormatinya berarti kan ilmunya diatas dia. 😁🙏

          begitu kira² menurut pendapat q selama mengikuti dari dulu.

        • Soal ilmu Agung Sedayu sepertinya sudah sekelas dgn Panembahan Senopati tapi dalam acara gelut Agung Sedayu sama dgn gurunya Kiai Gringsing yg memiliki sifat tdk pernah pamer dan terlihat dalam gelutnya ilmu yg digunakan disesuaikan dgn tingkat ilmu lawannya agar tidak mencelakakan atau membunuh lawannya dan sikap peragu dan pertimbangan2 selalu mengawalinya.

          Jadi kalau diacara gelutnya terlihat seimbang itulah caranya utk menghindari dosa karena mencuri timbangan sangat dilarang …hehehe

          • coba acara gelutnya sekali² tas tes seperti P Senopati yg tdk ragu². Ilmu TAS yg kabut disini sudah ada kembangan belum ya ki adiwa lupa kok an. Yg sedot bisa dikembangkan tanpa menyentuh misalnya 😄

          • Agung Sedayu dlm acara gelut tdk bisa tastes batbet karena sosok Rudita juga sangat mempengaruhi jadi bisanya hanya dgn cara “gemoy” saja yg lebih manusiawi …hahaha

      • masuk akal juga…
        namun nanti kalau TAS ketemu PA, TAS juga punya ilmu Tirai nya Kyai Gringsing, moga² TAS sempat rogoh² kitab gurunya itu yg sudah digembolnya lagi setelah dikembalikan oleh Cantrik Gatra Bumi yg sekarang sudah insyaf dan digembleng di Padepokan Sunan Muria…

        • Nama aslinya cantrik itu kayak² namanya Sukra yg maksa² pingin jadi muridnya TAS waktu itu yll

          • Ilmu semunya PA hanya bisa menggerakkan orang² secara Proxy atau boneka² yg masih perlu komando dari PA…

            Sedangkan Ilmu semunya TAS adalah 2bayangan semu yang Full Sinkron dg TAS sendiri shg TAS asli dan 2 TAS semu yg masing² dapat bebas kemana saja namun tetap sejiwa, sehingga tidak bisa terpisahkan oleh Ilmu Tirai misalnya.

      • ilmu sedot Anjani dan PW dong ..ahli nya ahli …hiks

      • tapi PA signalnya hilang dan lemot ketika ber WA mesra dgn ki Bongkok

    • Nggak ada sinyal, jadi sambungan putus. Harunsya taruh BTS di sekitar situ dulu lah, biar sinyal kuat 😉😜

  20. semacam hijab kah???

  21. Nek digatek-gatek-e ilmu semu PA mirip operator seluler, ada wilayah yang sangat kenceng, ada blind spot-nya. Tergantung pulsa dan kuota. Di wilayah sensitif dilarang akses, ada alat pengacak yang membuat signal melempem.

    • Perlu diteliti itu sebabnya :

      1. Semacam rindingnya GP bisa nggak ya ?
      2. Kabutnya TAS ?
      3. Ilmu kebatinan ?
      4. Ada pengapesan
      5. dlll

      Bisa jadi ada lebih dari 1 sebab lho

      • Agung sedayu masih sibuk sama mertua. Kemungkinan yang elok ya Kabutnya murid Sunan Muria

      • TW diajarin Sunan Muria agar rutin wirid dzikir pagi dan petang + dzikir Nabi Yunus A.S. (La Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadzolimin). Segala macam santet dan balapetaka pupus dengan seijin Allah.

      • 6. Bisa jadi itu bukit adalah kuburanya Panembahan Agung sepuh sehingga yg nginhek tempat itu Kuwalat

    • sarujuk 👍🏾👍🏾😂😂😂

  22. ga sabar nunggu pertarungan ki TAS vs Panembahan agung.. semoga sehat selalu 🙏

  23. Remen, saestu. Sarujuk, saestu

  24. Nunggu bocoran draft gambar sampul jilid 23😉😜

  25. nunggu PW mandi di kali

    • Nunggu PW buka bukaan 🤪

  26. KLMM-22halaman 66-67

    Sekilas, ia memandang lagi rombongan Teja Wulung yang telah sangat jauh dan hampir keluar dari ruang pengamatannya. Ki Bongkok menjadi ragu apa yang harus diperbuatnya sekarang. Tentu saja, keinginan menyerang Teja Wulung segera disingkirkan dari pilihan yang ada di pikirannya. Ia tidak akan mampu berbuat seperti yang diinginkan tanpa dukungan dari ilmu semu Panembahan Agung.

    Ki Bongkok dengan segumpal keheranan yang memenuhi benaknya kemudian bangkit untuk berjalan dengan perlahan merunduk-runduk diantara batang perdu. Langkahnya menjadi goyah karena ia merasa rapuh sekali pada saat ini. Tanpa hubungannya dengan ilmu semu sang Guru, ia seperti telanjang tidak berdaya. Seolah-olah sekarang siapapun dapat menemukan dan membunuhnya dengan mudah.

    Padahal ia sendiri memiliki ilmu kanuragan yang cukup tinggi untuk sekedar membela dirinya saat ini. Memang, kebiasaan dirinya yang sering menyandarkan diri pada kemampuan gurunya membuatnya cepat kehilangan penalaran apabila hubungan ilmu semu itu dapat diputus dan baru kali ini ia merasakannya.

    Tetapi bagaimana lagi, Panembahan Agung memang menggunakan cara-cara seperti demikian untuk mengendalikan murid-murid dan para endangnya. Mereka akan setia dan patuh, karena Panembahan Agung hampir selalu mengetahui segala gerak-gerik mereka. Bagi Ki Bongkok, semenjak pertama kali berguru kepada Panembahan Agung, hal ini tidak menjadi persoalan. Karena dengannya ia justru dapat menyembunyikan keadaan dirinya yang selama ini membuatnya rendah diri dan mendapat cercaan dari orang-orang yang mengenalnya.

    Dengan agak linglung, Ki Bongkok menuruni bukit kecil yang sekejap lalu ia lompati dengan mudahnya. Beberapa langkah saat ia sampai di kaki bukit, tiba-tiba panggraitanya kembali menajam dan sesaat kemudian ia kembali mendengar suara gurunya.

    “Apa yang kau lakukan bongkok!?” terdengar geraman Panembahan Agung bertanya dengan suaranya yang keras dan tajam.

    “Guru. Aku tidak melakukan apa-apa. Sesuatu telah terjadi pada hubungan ilmu semu kita. Aku telah memanggilmu berkali-kali tetapi tidak mendapat jawaban” jawab Ki Bongkok gugup. Ia sampai menjatuhkan lututnya ke tanah karena takut gurunya akan menyalahkannya.

    Suara Panembahan Agung terdengar berteriak marah dan seperti mengaum mengungkapkan segala kesal di hatinya.

    “Guru, aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Mohon ampuni aku guru” desis Ki Bongkok semakin ketakutan.

    “Sudahlah! Bongkok! Pulang sajalah. Tampaknya seseorang telah membuat pangeram-eram di sana. Aku merasakan ada tirai halus tak kasat mata yang menghalangi ilmu semuku barusan. Aku pun berusaha memanggilmu, tetapi kau sama sekali tidak menjawab. Seseorang pasti telah melakukannya dan mampu memutuskan hubungan ilmu semu kita” ucap Panembahan Agung dengan suara kasar.

    “Guru!? Apa itu mungkin!?” desis Ki Bongkok bertanya dengan sangat terkejut.

    Kembali terdengar suara Panembahan Agung menggeremeng tidak jelas. Sepertinya ia pun tidak menduga bahwa ilmu semu yang dibangga-banggakannya sehingga mampu membuat hubungan dengan murid-muridnya sejauh manapun mereka berada ternyata kali ini menemui rintangan.

    “Mungkin saja Bongkok. Meskipun amat sangat langka. Tetapi seseorang mungkin saja bisa melakukannya. Aku belum tahu orangnya. Namun aku yakin, ia akan menampakkan diri suatu hari di pihak Mataram. Aku menduga orang ini ada hubungannya dengan sebuah kelompok yang berdiam diri di Gunung Muria”

    “Biar aku yang menghadapinya, guru!” sahut Ki Bongkok dengan serta merta.

    • Horeeeee… Kanjeng Sunan, akhir munnjukan ilmu sundul langit nya , hiks

      lamjuuuuut

      • kayaknya ki tanpa aran sudah cukup, yg nantinya aka memberi wejangan ke tas untuk menghadapi pa itu baru sunan

    • baru kena pangeram eramnya sj Si bongkok sudah gemeter nDredhek , malah nantang perang tanding

      • kalau tidak sunan Muria berarti ki ajar Mintaraga karena di pasrah i mendampingi TW. TAS gmn ini, tunjukkan taringmu. Sat set Das des

    • Ada sinyal lagi tuh 😉

      Bisa buat kirim bocoran 😉😜

    • kalau tidak sunan Muria berarti ki ajar Mintaraga karena di pasrah i mendampingi TW. TAS gmn ini, tunjukkan taringmu.

      • TAS kok ilmunya Cemen ya. Ngadepin Ki ALG aja nggak kelar kelar

        • betul ki hhhhhh……

    • Ternyata tirai itu dikirim dari gunung muria , dan Si Bongkok pun merasaninya dan langsung menebak “Guru apa itu mungkin” ???

      Bisa Ki Ajar Mintaraga yg melakukan bisa pula Kiai Tanpa Aran, atau Ki Bango Lamatan bisa saja ….namanya juga tebak2an tidak selalu benar yang penting bisa ikutan tebak2an ….hehehe

      • gak perlu Ki Ajar Mintaraga apalagi Kanjeng Sunan Muria, cukup santrine Ki Ajar Mintaraga yaitu Santri Gatra Bumi alias Sukra untuk namgani Ki Bongkok 👍🏾👍🏾

      • pembuat tirai ghoib lebih tepat nya Ki ajar mintaraga….bek e lo yooo

    • Server up and running

      Satelit up and running

      Kok masih dinosaurus digurun pasir

      Kena pengacak sinyal (signal jamming)

      • dinikmati aja, buat mainan dinosaurusnya lompat2 jangan sampai nabrak kaktus 😀

        • Dolanan anyar Ki Bonglok

    • coba cari tower BTS terdekat spy ada sinyal lagi… Atau cek pulsa/kuota Anda, Ki Bongkok

    • KLMM ternyata kekuatannya hanya satu akar dan jenisnya akar tunggal bukan jenis akar serabut apabila akar tunggal itu mati semuanya akan mati hal ini sudah dilakukan dengan penelitian dibarengi analisa yang cukup masuk akal dengan melakukan uji coba memakai tirai ternyata berhasil melumpuhkan Si Bongkok dan gagal misinya karena putusnya jalur komunikasi.

      Jadi kesimpulannya tugas Agung Sedayu agar tidak merepotkan yang lain seperti halnya salah misi yang dijalankan oleh P Mandurareja yg banyak menimbulkan kerugian harus berusaha mencabut akar tunggal itu yang efeknya akan melumpuhkan pergerakan para endang termasuk Jagat Satria Agung karena tanpa ada transferan ilmu Si Bongkok dan JSA itu bukan siapa siapa kalau tidak ada Panembahan Agung (kasihan deh hore2🤪) mungkin sekelas ilmu Sukra saat ini bisa melayaninya ..hiks!!!

      • Urusan akar tunggal, nampaknya juga ada di kabupaten Wirasaba, letih patih RP yg dianggap sebagai pepunden tertinggi ilang setelah amprokan ilmu dg lurah GP, yg lain langsung layu.

        Ada sih cabang akar yg akan muncul, namun terlalu muda sehingga mung kliatan wani begitu dilawan.. mlepes sebelum iso nembus tanah. kurang siraman.

        Siraman Rohan, jasmani, air juga..

        hehehe

        😀😁😁

      • Pas Ki Lawang Geni main ke lembah, dia bisa mengenali jebakan semu di tkp sana. Masih ada harapan

      • mungkinkah ki agung sedayu memiliki sejenis ilmu pengacak sinyal yang didapatkan dari sunan muria? Dikarenakan pada waktu itu ki agung sedayu pernah diberitahu ilmu untuk mengembangkan ilmu bayangan semunya hingga sampai lintas kota lintas propinsi juga bayangan semunya bisa diisi dengan energi. Walaupun hanya terbatas dua.

        • Sepertinya tidak mungkin kalau Agung Sedayu yg melakukan karena pergerakan si Bongkok itu diawasi oleh sepasang mata tua, dan Agung Sedayu matanya masih normal ukuran plus minusnya jadi masih dibilang sepasang mata muda dan yg masih suka beradu pandang dengan sepasang mata bola yg ada di Kendalisada …hehehe

          • Wa

            Ya

            He

        • Wah, AS musti minta ijin dishub dolo nih… Mau yg AKAP atw cukup AKDP

  27. KLMM-22 halaman 68-69

    “Diam! Tidak usah mengambil hati. Aku sedang kesal hari ini. Kemenangan kita di Sela telah dirusak oleh beberapa hal”

    “Guru, perintahkan sesuatu padaku. Aku akan melakukan apapun untuk menyenangkan hatimu”

    “Pulang sajalah!” bentak Panembahan Agung seraya memutus hubungan aji Pameling mereka.

    “Baik guru” desis Ki Bongkok patuh. Ia kembali merasakan ilmu semu dari gurunya telah melapisi tubuhnya sehingga ia kembali tampak berwujud seperti seekor singa bagi penglihatan orang linuwih sekalipun.

    Akan tetapi dalam hatinya masih memendam segudang pertanyaan mengenai tirai halus yang disebutkan gurunya. Bagaimana mungkin tirai tidak kasat mata itu bisa tercipta menghalangi kemampuan dirinya dan gurunya? Rasa-rasanya tidak masuk di akal bagi Ki Bongkok seseorang mampu melakukannya. Bukankah ilmu gurunya telah sundul langit sehingga tidak ada yang akan mampu menandinginya?

    “Apakah mungkin, Teja Wulung yang melakukannya?” membatin Ki Bongkok berusaha menduga-duga.

    “Tetapi tidak.  Ia bersikap wajar saat bersama para prajurit Mataram. Ia tidak sedang melakukan pemusatan nalar budi. Lalu siapa yang melakukannya? Apakah Ki Ageng Selagilang?”

    Mendapati pemikiran seperti demikian, Ki Bongkok pun mempercepat langkahnya. Jika memang ada orang yang mampu melakukannya, tentu orang itu bukan tandingannya. Ki Bongkok diam-diam bersyukur bahwa gurunya justru memintanya kembali ke padepokan daripada berputar-putar di tempat itu mencari sesosok orang yang tadi telah menebarkan tirai tak kasat mata yang menghalangi hubungan ilmu semu mereka.

    Ternyata, tanpa sepengetahuan Bongkok yang menjauh dari perbatasan Kademangan Cepaga, tampak dua sosok yang sedari tadi memang mengawasinya. Sosok pertama sedang duduk bersila sembari menunduk memusatkan nalar budi tanpa bergerak sama sekali sementara sosok kedua yang tampak sudah sangat sepuh duduk diatas akar tanaman tidak jauh dari sosok pertama.

    Sosok kedua yang merupakan orangtua yang sudah sangat sepuh yang kemudian tampak menghela napas dengan suara lembut sambil mengurai pemusatan nalar budinya yang tadi berlangsung sangat tekun hingga seolah-olah di atas kepalanya telah terbentuk segumpal kabut samar yang berputar-putar. Setelah menarik napas beberapa kali, ia pun menoleh kepada sosok pertama yang ada di dekatnya.

    “Kau bisa mengurai pemusatan nalar budimu sekarang, Gatra Bumi. Orang itu tidak akan bisa meraba keberadaanmu lagi sekarang” katanya kemudian dengan suara yang tidak kalah lembut pula.

    Sosok yang disebut Gatra Bumi itu pun kemudian mengurai sikap pemusatan nalar budinya dan kemudian membuka matanya dan menatap berkeliling.

    “Ki Ajar, apakah orang itu berbahaya?” tanyanya.

    “Sangat berbahaya. Ia juga sangat mumpuni. Tanpa kau memusatkan nalar budi dan berusaha menyatukan jiwa ragamu ke alam semesta, panggraita orang itu akan mampu menangkap keberadaamu meskipun kau sudah berusaha tidak bergerak sama sekali. Syukurlah, kau sudah mampu memusatkan nalar budi dengan cukup baik”

    Gatra Bumi mengangguk. Ki Ajar Mintaraga yang ada di hadapannya memang sudah mengajari dengan sangat tekun bagaimana caranya memusatkan nalar budi. Ki Ajar Mintaraga memang lebih dahulu mengajari Gatra Bumi dengan ilmu kebatinan daripada ilmu kanuragan. Karena Ki Ajar berharap Gatra Bumi lebih dahulu mengendap sebelum ia menguasai ilmu kanuragan yang lebih mementingkan benturan wadag belaka.

    “Lalu apa yang kita lakukan sekarang, Ki Ajar?” tanyanya.

    • Nah…salim ki Ajar dan Gatra Bumi.

      Terimakasih Ki Arif dan Pelangisingosari.

    • Mantap ternyata betul Ki ajar mintaraga dan Gatra bumi yg menghalau serangan Ki bongkok teja wulung dan rombongan yg mengangkut jenasah lurah jalawastra ke Cepaga…

      tengkyuuuuu

    • Gelutnya Ki Ajar Mintaraga nggak seru nih

      Kayak pas lawan Begawan Cipta Wening juga cuma adu masalah batin tok, nggak ada pukulan sama sekali. Beda 180 derajarat sama Ki Adiwa😉😜

      • Sampai salah tulis
        Derajat jadi derajarat

      • Bedane opo Ki Sisol bukannya gelut yang terhalang oleh tirai tidak akan saru karena suasana bathin yang tenang akan lebih indah tanpa ada pukulan, yang ada hanya belaian dari tirai kasih yang terindah …hehehe

    • oohh.,..

    • Ternyata tirai itu buatan dari sepasang mata tua dan sepasang mata muda yang menyadap ilmu dari gunung muria Ki Ajar Mintaraga dan Gatra Bumi orangnya.

      Guru dan murid yang cukup menguasai ilmu kebathinan dimana ilmu ini lebih halus tapi tajam dan cukup berbahaya karena yang dilumpuhkan itu “hati” karena orang yg terserang bathinnya kalau tidak kuat akan mabuk dan kehilangan penalaran contohnya PA yang sudah tinggi ilmunya masih juga membathin terkena ilmu itu, apalagi kalau tau yg membuat tirai itu adalah Sukra dan gurunya pasti lebih sakit hati lagi, seperti judul lagu “lebih baik sakit gigi dari pada sakit HATI” ….dan berefek akan nyungsep semua rencananya kalau kaula elit mempermainkan kaula alit ujungnya .. hehehe

    • “Terima kasih Ki Ajar Mintaraga sudah menyelamatkan murid saya”

      “Sehingga mencegah saya konfrontasi langsung dengan Panembahan Agung”

      Berkata Ki Ageng Selagilang lewat Pameling yang sangat kuat pada Ki Ajar Mintaraga.

      “Sama sama Ki Ageng” Jawab Ki Ajar Mintaraga

      “Belum waktunya Ki Ageng menghadapi Panembahan Agung”

      “Nanti ada seseorang yang akan mewakili Ki Ageng untuk menghadapi Panembahan Agung”

      “Iya Ki Ajar”

      “Untung aku tadi menuruti saran dari Ki Ajar Adiwaswarna untuk menahan diri dulu”

      “Karena selain sepasang mata tua saya, ada sepasang mata yang lebih tua dari saya juga sedang mengamati tingkah laku si Bongkok dan sedang merencanakan sesuatu untuk Ki Bongkok”

      “Ooo, begitu ya Ki Ageng”

      • Bisa jadi ini, 95% kemungkinan. Soalnya Ki Selogilang selalu memantau muridnya 👍😉😜

      • “Ki Ajar memang belum waktunya aku berhadapan dengan Panembahan Agung karena hutang nyawaku belum terbayar dan itu menjadi ganjalan bagiku untuk berkhianat padanya, inilah yang menjadi keberatanku karena menyankut janji seorang kesatria yang tak mungkin kuhindari. Hanya satu jalan yang harus kulalui untuk melunasi janjiku adalah mohon diijinkan aku berhadapan lebih dulu dengan Agung Sedayu dan aku juga akan meminta ijin pula pada Panembahan Agung sebagai pelunas hutangku”

        “Oh !! apakah tidak ada jalan lain Ki Ageng ??”

        “Ki Ajar hanya jalan itulah yang terbaik, dan aku sangat percaya pada Agung Sedayu bahwa ilmunya saat ini lebih tinggi dariku, jadi aku agak leluasa mengeluarkan ilmu tanpa bersandiwara dan Agung Sedayu pasti bisa mementahkan semua ilmuku termasuk beradu ilmu puncak, dan kemungkinan justru ilmu puncakku yang akan berbalik menyerangku itulah yang kuyakini, dan aku akan merasa bangga menerimanya karena yang mengalahkanku orang yang kuhormati”

        “Hmmm”

        begitu Ki Ageng Adit lakonnya yang asik kalau tidak begitu berarti ada lakon yang lebih seru dan asli dari Ki Dalang …hehehe

        • cantrik gatra bumi alias sukro aja udah bisa melepas tirai untuk menghalangi sinyal dari PA ke si bongkok. Selama ini kayaknya TAS belum bisa kalau masalah tirai² itu, apakah ilmu kematiannya kalah ya sama sukro yg notabene pembantu di rumahnya. Perlu minum bodrex ini jadi pusing tanpa ada penjelasan dlm cerita. Seperti dulu yg masih jadi pertanyaan Siapakah ki ajar Mintaraga itu, apakah tokoh baru yg pertama muncul waktu di bukti menoreh ataukah tokoh lama yg telah ganti nama seperti halnya kyai gringsing alias ki tanpa aran. Monggo yg sudah mendapat titel Ajar bisa memberi pencerahan dlm teka teki ini 😂😂😂

          • ilmu kebatinan bukan kematian 😂🙏

          • salah ki, tirainya sukro cuma menghalangi supaya keberadaannya tidak diketahui oleh si bongkok.

            yg menghalangi sinyalnya PA itu tirainya ki AM

      • iya

  28. lakukan sj sesuka hatimu

  29. Mantaaap. Ternyata SUKRA sudah jadi linuhung. Semoga nanti bertemu dengan Agung Sedayu.

    • sukra itu yg membawa kitab kyi Gringsing dari tmpat nya agung Sedayu ya …hiks

      • Nah betul dari kisah ini tokoh Ki Ajar Mintaraga muncul mungkin diutus oleh kanjeng sunan untuk ikut mengamankan buku windhujati sekaligus mengamankan Sukra.

        Tuduhan Sukra mencuri kitab windhujati itu masih abu2 atau masih tahap praduga tak bersalah walau Agung Sedayu sedikit membathin karena Sukra tahu tempat penyimpanan buku itu, dan kejadian itu memang bertepatan dgn banyaknya orang2 linuih masuk Manoreh mencari buku itu, jadi masalah keterlibatan Sukra itu bisa saja jadi penyelamat buku itu, dan sudah berada ditangan orang yg benar info dari gunung muria pada Agung Sedayu, dan untuk memastikan Agung Sedayu diminta untuk menemui Ki Ajar Mintaraga di Tegal Kepanasan dan Sukra pula yg menuntun Agung Sedayu menemui Ki Ajar Mintara dengan melantunkan kidung kitab suci.

        Di Tegal kepanasan juga ada peristiwa yg cukup bersejarah bagi Ki Bango Lamatan yang bisa mengenal wanita/cinta karena berhadapan dengan Anjani walau ujungnya dibuat pingsan terkena aji seribu bunga dan mungkin juga awal insyafnya Ki Bango Lamatan dengan meletakan jabatan sebagai assisten dari Kecruk Putih dan selalu nenempel dekat Anjani walau tubuhnya milik Pangeran Pati tapi tetap memupuku cintanya dengan menerima jabatan baru sebagai aspri Pangeran Pati.

        Agung Sedayu juga meniliki ilmu kebathinan berupa pirasat suatu kejadian/peristiwa yg akan terjadi kemudian memang tidak bisa membuat tirai pelindung diri seperti Aji Panglimunan Ki BL dan Agung Sedayu hanya bisa membuat pelindung diri seperti kerei yg dibuat dari anyaman bambu agar tidak saru kalau sedang memandang pemilik sepasang mata bola dari sepasang mata keranjang begitu Ki Rangga kalau bukan begitu mana ku kutahu …hehehe

        • Mantap ki Adiwaswarna ,

          Sy yakin Agung Sedayu sudah memahatkan di dalam fikiran dan jiwa raga smua isi kitab windhujati, bahkan lebih dahsyat pabila di bandingkan dgn guru nya sendiri, karena TAS itu mmpunyai tingkat kecerdasan IQ tertinggi di atas Rata ” , terbukti dengan mudah nya bisa d pahat kan dalam hati sanubari dan d uraikan dgn sndiri nya secara outomatic , hehehehe , memang TAS ini boleh d bilng manusia setengah dewa dgn ilmu sundul langit,

          sejauh ini TAS GK pernah sakit terkena COVID atw sejenis nya …hnya luka dalam akibat pertarungan,itumah sih biasa hiks …

          lanjuuuuut

          • tapi akhirnya kitab Windujati sudah digembol lagi oleh TAS, trus waktu dipesantren Muria mungkin juga TAS sudah menghapalkan Surat² 001 sampai 114, mugi² leres mekaten, trus malah gembolannya now sudah nambah kitab Goa Langse…

            Sinten ngerti mangké menawi menggeledah padepokan Panembahan Agung saged nemu kitab Kamasutra lak nambah kadigdayan anggènipun kekancan kaliyan Sekar Mirah, Pandanwangi lan Anjani…

          • Sayangnya yang terbawa oleh Agung Sedayu bukan kitab Kamasutra, tapi kitab Kemesut ra. Kitabnya Balebang yang juga tertinggal dibilik Panembahan Agung.

  30. Mantap Sukra alias Gatra Bumi nanti akan melampaui Glagah Putih dan justru pewaris murni Ilmu Kyai Gringsing.

    Oyeeeee

  31. Edisi menerawang jalan hidup “Sukra”

    Sukra dan Glagah Putih sama sama ngenger pada Agung Sedayu sebagai tokoh utama.

    Sukra dan Glagah Putih adalah teman eyel eyelan dalam hubungan kesehariannya, Sukra memiliki hubungan tanpa batas kadang saling ejek dan saling goda, disinilah awal Sukra memacu diri ingin bersaing dengan Glagah Putih bukan merasa dendam tapi sosok Glagah Putih dijadikan sandaran dari keinginannya, Glagah Putih memiliki ilmu juga memiliki istri yang cantik anak seorang Tumenggung pula.

    Kalau menurut ilmu cocokologi dalam lakon KLMM ini sudah ada tanda2nya garis keberuntungan Sukra.

    1. Sudah memiliki ilmu yang bukan kaleng2 dari gunung Muria.
    2. Ada tokoh wanita yang senasib dgn dirinya yg sebatangkara Ratih namanya dan anak seorang Tumenggung juga.
    3. Kini Ratih sedang ada dalam asuhan Sekar Mirah yg juga orang yg pernah mengasuh Sukra.

    Jadi kesimpulannya kalau disimpulkan dan dicocokologikan seperti cocok dengan lirik lagu cicak cicak didinding diam diam merayap datang seorang Sukra hap hap Ratih dilamar …hehehe

    Bisa jadi pelengkap seri baru perjalanan tapa ngrame dari tokoh muda kaula Manoreh Gatra Bumi dan Ratih, Ratri dan anak Untara …hiks!!

    • Kalau Sukra kan belum pernah ketemu ratih. Kalau kesengsem malah pernah, sama ratri di Matesih pas mau dibawa sama sekdes nya dulu itu 👆😉😜

      • Sama Ratri hanya sebatas curi pandang saja belum bisa dikatakan kesemsem, apalagi Sukra basicnya anak santri dia sudah sadar kalau perbuatah mencuri itu dilarang.

        Sukra hanya ingin bersaing dengan Glagah Putih saja dalam pandangan hidupnya bukan ingin bersaing dengan Agung Sedayu yang juga memiliki anak Ki Gede tanah perdikan, jadi kalau menginginkan Ratri terlalu berlebihan menyamai Agung Sedayu.

        Toh ketiga point diatas sudah bisa dipertanggung jawabkan kalau dibawa ke MK mungkin para hakim langsung ketok palu dan alasan belum pernah ketemu tidak memiliki alasan yang kuat apalagi Sukra itu basicnya santri pasti ta’aruf jalan yg terbaik ketemu langsung nempel….hehehe

        • Sepertinya GP juga kesengsem. Sampai gelut sama muridnya eyang guru itu. Dah level bisa selingkuh kalau dari cerita saat itu/

          RW terus piye iki ?🤔😉😜

        • Coba baca lagi pas GP lawan Surengpati saat ratri mau diperkosa itu. GP dah sampai level bisa selingkuh itu

          • Tidak perlu khawatir soal itu toh Ki Jayaraga sdh tahu efeknya makanya sebelum Ratri sadar GP diajak pergi agar terhindar dari cinta balas jasa.

            Sepertinya sdh pernah dibahas kejadian itu coba baca dan cari komen daku 🤭

          • Maksudnya GP nya itu Ki. Kalau Ratri kan nggak sadar, nggak bakalan tahu. Kalaupun tahu, tersangkanya jelas dah ada 😉

  32. sperti nya pertempuran Tas dan lawan ” nya , akan tertunda dan mungkin akan d lanjutkan setelah pelantikan 02 dlu ….hiks

  33. SUKRA dikemudian hari menjadi pengusaha . .produsen kacang atom. Sedikit banyak meniru Agung Sedayu, setelah pensiun dari dinas keprajuritan mendirikan perusahaan property developer 😁

    • 100% akurat ini 😜

      • One Hundred % right

        sambil menunggu gerbong sela tujuan Cepaga…it’s ok

        • Lebih awal juga lebih bagus…gerbong nya di ladub Ken..

    • setelah berhasil dari tugas lembah merapi merbabu, jabatan tumenggung untuk TAS diresmikan dan diberi tanah kedudukan di sisi timur sungai progo supaya jaraknya di tengah sangkal putung & menoreh.

      wilayah dari kedudukan TAS kemudian disebut dengan sedayu yang sekarang ini menjadi kecamatan sedayu 😀

  34. KLMM-22 halaman 70-71

    “Marilah, kita kembali ke Cepaga. Teja Wulung tidak lagi dalam keadaan terancam bahaya oleh kedatangan murid Panembahan Agung tersebut. Teja Wulung tentu akan tiba di Cepaga tidak lama lagi. Aku ingin sekali menyaksikan pertemuan ibu dan anak yang sudah lama berpisah. Mereka akan bersatu kembali dalam hubungan yang bersih, penuh cinta kasih sesuai dengan kehendak Yang Maha Agung” ucap Ki Ajar Mintaraga dengan suara tenang dan lembut namun terasa suka cita.

    Teja Wulung telah bertobat dan kini akan kembali ke sisi ibundanya. Memang masih ada persoalan yang melingkupi Ki Ageng Selagilang. Akan tetapi dengan usia Ki Ageng Selagilang yang sudah sangat sepuh pula, pastinya Ki Ageng Selagilang akan lebih mampu berpikir luas namun mendalam untuk dapat menyelesaikan persoalannya dengan Panembahan Agung.

    Secara umum, Cepaga tidak akan menemui kesulitan lagi. Meskipun masih ada kemungkinan esok atau lusa, orang-orang Panembahan Agung masih berniat meluaskan kekuasaaannya hingga ke Cepaga. Jika hal ini terjadi, perang di sekitar lembah Merapi Merbabu pun akan meluas.

    Namun, berkaitan dengan Cepaga sendiri, Ki Ajar Mintaraga merasa tidak terlalu khawatir. Ia memiliki panggraita yang sangat tajam. Dan menurut pengamatan batinnya, Cepaga akan mendapat bantuan dalam waktu dekat. Bahkan Kademangan Cepaga akan lebih sanggup bertahan melawan orang-orang Panembahan Agung dibandingkan Kademangan Sela.

    ******

    Dalam pada itu, saat keremangan malam mulai menyelimuti lereng Merapi, tampak Putut Sanggalangit berusaha kembali ke Padepokan Panembahan Agung setelah gagal membawa Ratih. Putut Sanggalangit telah berpisah dengan kedua kawannya yang mengiringi semenjak peristiwa di tepi sungai tadi. Ia kini sendirian mendaki lereng Merapi dari sisi timur.

    Putut Sanggalangit beberapa kali harus menyembunyikan dirinya di semak-semak atau dibalik bebatuan selama perjalanannya memanjat merapi. Entah mengapa, lereng merapi disisi timur terasa sangat ramai. Berkali-kali ia bertemu beberapa orang yang tampak mencurigakan. Putut Sanggalangit tidak ingin bertemu siapa pun, meski orang itu berdiri di pihak Panembahan Agung sekalipun.

    Karena orang-orang yang mendukung Panembahan Agung kebanyakan tidak saling mengenal dan cenderung ingin memanfaatkan satu sama lain serta tidak segan-segan berbuat  curang. Sementara pikiran Putut Sanggalangit sebenarnya sedang buntu. Selama sekian lama, Putut Sanggalangit harus memeras otaknya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tentang kegagalan tugas yang ia rancang sendiri nantinya jika harus berhadapan dengan Ki Ageng Selagilang atau Panembahan Agung langsung.

    “Persetan!” geramnya lagi menyadari bahwa kali ini, pikirannya benar-benar buntu dan kemungkinan besar ia akan mendapat kemarahan dari kedua orang yang telah menugaskannya itu.

    Tetapi Putut Sanggalangit terus berjalan menuju Padepokan Panembahan Agung dengan menyingkirkan segala keraguannya.

    Tiba-tiba, ia mendengar suara ranting yang patah terinjak. Jaraknya terlampau dekat sehingga Putut Sanggalangit tidak lagi bisa bergerak menghindar untuk bersembunyi. Kemudian, terdengar langkah kaki yang mengarah ke tempatnya berdiri.

    Sesaat wajah Putut Sanggalangit menegang. Terdengar lagi suara dahan patah beberapa tombak di hadapannya seperti seseorang memang dengan sengaja mematahkannya. Putut Sanggalangit pun berdiri mematung berusaha menghindarkan bunyi apapun yang bisa menyebabkan dirinya ketahuan.

    • ……..

      Dalam pada itu, sepasang mata tua tak luput juga memantau apa yang akan dilakukan oleh si bongkok. Hampir saja dia turun tangan, tapi niatnya diurungkan setelah melihat bongkok terbanting tak berdaya.

      “Rupanya Panembahan Agung telah melanggar prasyarat yang aku tetapkan sebelumnya. Akupun akan berbuat hal yang sama, aku tak terikat lagi dengan janjiku sebelumnya”, desisnya perlahan

      …..dst

      Kalau Ki Selagilang juga sadar gimana tuh ?😉😜

    • Ah ternyata Putut Sanggalangit takut dengan dua orang yaitu PA dan Ki Ageng Selagilang atas gagalnya membawa Ratih…rada aneh peran Ki Ageng Selagilang dalam masalah menyediakan kebutuhan dan kesenangan PA sampai terlibat dalam pencarian korban ?? masa sih seh untuk balas budinya sampai membunuh Budi bin Pakerti seperti aneh bin ajaib ????🤪

      …ah biar Ki Sisol saja yang mikirin jangan hanya selalu lempar pertanyaan saja dan kalau dijawab ujung2nya malah kita disuruh baca ulang ???..kan males jadinya ….ternyata nyekrupnya kalau Sukra itu Sukro dan Agung Sedayu itu pengusaha dan lupa bahwa Ki Waskita itu juga CEO PT Waskita Karya tidak disebut padahal bukan hal yang baru tapi sudah basi 🤭🤪✌️✌️

  35. wah siapa dia yang menjumpai Sanggalangit ?

    • Oh Iya ….siapa mistery guest malam ini yg menemui Putut sangga langit…

      • Paling yg punya kebon yg muncul karena P Sanggalangit enak saja masuk dan liwat kebon orang tanpa izin ..hiks!!

      • ternyata hanya temen2nya sangga langit yang sempat terpisah

      • kira² Singawana Sepuh/Ki Ageng Selogilang

  36. ttd

    ayahe

  37. Sabarnya nggak pergi pergi padahal kopinya udah habis…😀😀😀emang nunggu itu nggak enak pa lagi yg ditunggu veritanya makin asyik makin seru cuma berharap serian ini jangan rampung ditengah jln..salam dr orang pinggiran kota bandar lampung😀

    • Wayahe

  38. KLMM-22 halaman 72-73

    “Ampuni aku, Ki Ageng…” ucap Putut Sanggalangit.

    Bahkan napasnya pun ikut ditahan agar tidak menimbulkan suara. Sedapat-dapatnya, ia berusaha menyerap segala bunyi dan gesekan yang ditimbulkan oleh tubuhnya terhadap alam sekitarnya. Ia sama sekali tidak ingin terpergok siapapun, terutama dari pihak Mataram.

    “Kaukah itu, Sanggalangit?” tanya seseorang dengan suara tertahan. Putut Sanggalangit terkejut. Ia tidak melihat siapapun, tetapi seseorang ternyata sudah bertanya pada dirinya.

    “Siapa kau?” balas Putut Sanggalangit  segera dengan wajah semakin menegang. Tetapi rasa-rasanya ia mengenali suara yang menyapanya itu.

    Tidak lama kemudian, muncul sesosok tubuh yang sudah sangat tua dari balik sebatang pohon yang cukup besar. Putut Sanggalangit terkejut. Namun ia segera bisa menguasai perasaaannya sehingga dengan serta merta ia menunduk dan menjawab dengan nada merendah,

    “Maafkan aku Ki Ageng, aku tidak segera mengenalimu”

    “Hem…” terdengar dengusan pendek orang yang sudah tua itu sambil terus melangkah mendekati Putut Sanggalangit.

    “Bagaimana dengan tugasmu?” tanya Ki Ageng Selagilang segera.

    Tak urung, jantung Putut Sanggalangit berdetak lebih keras sesaat. Namun dengan menguatkan perasaannya. Ia segera menjatuhkan diri berlutut.

    “Ki Ageng, ampuni aku. Aku tidak mampu membawakan anak perempuan Ki Wirapati sebagaimana yang kujanjikan” desisnya sambil tertunduk dalam-dalam.

    Terdengar dengusan pendek keluar dari pernapasan Ki Ageng Selagilang.

    “Jadi kau gagal?”

    “Mohon ampun, Ki Ageng. Aku gagal” jawab Putut Sanggalangit dengan suara mulai bergetar menanti nasibnya.

    “Lalu kau tetap berniat kembali ke Padepokan Panembahan Agung membawa berita kegagalanmu?”

    Putut Sanggalangit terdiam. Tetapi sesaat kemudian, ia mengangguk.

    Ki Ageng Selagilang kemudian tersenyum masam.

    “Kau sungguh jantan. Tahukah kau bahwa kepalamu bisa terlepas dari bahumu akibat kegagalanmu ini?” katanya kemudian.

    “Aku tahu Ki Ageng. Aku tetap akan mempertanggungjawabkannya”

    “Kau tidak berniat menghindarinya?”

    “Tidak Ki Ageng”

    “Mengapa?”

    “Jika aku melarikan diri karena kegagalanku, maka aku berkhianat. Kawan-kawan seperguruanku pasti akan menanggung akibatnya”

    Diam-diam, Ki Ageng Selagilang mendesah mengagumi kekuatan hati dari putut tertua Perguruan Wirapati itu.

    “Jadi kau tetap akan kembali ke Padepokan Panembahan Agung?”

    “Benar Ki Ageng”

    “Aku memberimu pilihan. Sebaiknya kau ikuti perintahku saja. Urusanmu  dengan Panembahan Agung, biar aku saja yang menangani”

    Wajah Putut Sanggalangit terlihat cerah sesaat, tetapi kemudian ia justru menggeleng.

    “Tidak Ki Ageng, Akulah yang bertanggungjawab. Usul ini datang dariku. Sebagaimana pengenalanku terhadap salah seorang Lurah Prajurit Mataram yang turut serta dalam pasukan Mataram telah dimanfaatkan oleh Panembahan Agung untuk kepentingannya yang lebih besar, maka usul ini tetaplah tanggunganku, berhasil atau tidak. Nama Ki Ageng terlalu besar untuk ikut menanggung kesalahan kecil seperti yang aku lakukan”

    • sembah nuwun Ki Arif Usman

      matur nuwun Ki Pelangisingosari

      🙏🏾🙏🏾🙏🏾🙏🏾

    • Ki Ageng Selagilang ternyata berperawakan tinggi besar gagah dan ganteng layaknya orang kalangan istana. Jauh dari yg saya bayangkan.. saya kira beliau mmg tinggi tp kurus karena beliau ahli tirakat.. bagaimana pendapat sanak kadang yg lain??

      • ya bayanganku tentang sosok KSH meleset dari gambar yg ditampilkan, pantas kalau tergolong priyayi

        • sarujuk dg Ki Maryanto

      • Kalo kecil jadinua Ki Alit Selo Gilang…

        • Ha ha ha.. Ki Rangga SP bisa aja..

      • Beda ilustrator beda versi. Dulu orangnya kecil, langsing. Pas ilustrator lama

        • wah.. yg mana ya Ki.. kok saya ketlisut nda kebaca atau kelupaan nggeh?? di seri brp Ki Sisol?

          • Jamannya mbah man. Ilustrasi dalam, bukan sampul

          • Ada ilustrasi sampul juga ternyata. Kalau yang kecil itu ilustrasi dalam. Pas AS diminta untuk memotong “ranting-ranting” dan “cabang-cabang” ke daerah timur.

      • dan ternyata termasuk golongan agus?? agak gundul sedikit……..I’m sorry just kidding

        • wkwkwk.. biyung bisa bisa aja.. eh tp ada jg lho kaum hawa yg mengidolakan laki2 spt Ki ASG itu..

  39. Ada gambar tak kira bocoran gambar sampul besok, ternyata bukan.

    Ki satpam ke mana sih ?🤔😉

    • Nggak kemana mana kok

      • Nggak kemana mana tp ada dimana mana.. ya Ki.. menggunakan salah satu ilmu semu..

    • hari ini libur ya Ki??

      • Wayahe

  40. KLMM-22 halaman 75-76

    “Sebenarnya, kau orang yang sangat setia Sanggalangit. Aku kagum kepada keteguhan hatimu. Tetapi, Marilah kita berpikir sejenak sambil duduk dengan nyaman” kata Ki Ageng Selagilang sambil memberi isyarat agar Putut Sanggalangit mengikutinya untuk duduk di atas sebuah batang pohon mati di tengah hutan yang gelap tersebut.

    “Aku secara pribadi justru lega, kau gagal mengemban tugas yang kita sepakati” kata Ki Ageng Selagilang mula-mula.

    Putut Sanggalangit menjadi terkejut mendengar kata-kata Ki Ageng Selagilang yang tidak disangkanya.

    “Mengapa demikian, Ki Ageng?” tanyanya.

    “Karena dengan demikian, Ratih tidak akan menjadi korban kebiadaban Panembahan Agung”

    “Aku tidak mengerti maksud Ki Ageng. Bukankah Ki Ageng yang dahulu telah menyetujui aku mengambil Ratih untuk dijadikan endang bagi Panembahan Agung?”

    “Aku sudah memikirkan ulang persetujuanku. Aku berubah pikiran”

    Putut Sanggalangit menjadi terheran-heran.

    “Tidak usah kau pikirkan. Seperti perkataanku, aku yang akan mengambil alih persoalanmu. Aku memiliki tanggungjawab pula karena akulah yang mendukung usulmu” kata Ki Ageng Selagilang berusaha memotong keragu-raguan Putut Sanggalangit.

    Putut Sanggalangit masih tampak tercenung memikirkan perkataan Ki Ageng Selagilang.

    “Bukankah kalian, Perguruan Wirapati ada di bawah perlindunganku? Tentu kalian sebaiknya patuh padaku” desak Ki Ageng Selagilang kemudian

    Sekarang Putut Sanggalangit mengangguk tanpa sadar.

    “Lalu apa yang harus kulakukan sekarang Ki Ageng?” tanya Putut Snaggalangit mulai melunak.

    “Tidak usah kembali ke padepokan itu. Pergilah ke padepokanku yang berada tidak jauh dari Cepaga. Orang-orangku akan menerimamu di sana”

    “Tetapi, bagaimana dengan kawan-kawanku?”

    “Mereka sudah lebih dahulu kuungsikan. Saat penyerangan ke Sela tadi, aku sudah memerintahkan mereka berangsur-angsur pergi ke padepokanku. Putut Sanggabumi, Putut Sangaji bahkan Ki Kaseni  pun sudah menyingkir kesana”

    “Ki Ageng, apa artinya ini? Apakah kita akan berkhianat pada Panembahan Agung? Mengingkari sumpah kita?” tanya Putut Sanggalangit masih tidak mengerti.

    Nama-nama yang disebutkan oleh Ki Ageng Lawang Geni adalah sebagian dari sisa-sisa perguruan Wirapati yang menyingkir ke Lembah Merapi Merbabu setelah dihancurkan dari tanah perdikan Menoreh.

    “Dengar Sanggalangit. Aku yang akan menanggung semuanya. Sumpah yang kita lakukan sebenarnya didasari oleh kemarahan, kekecewaan, sakit hati bahkan ketidakberdayaan kita yang pada akhirnya memuncak dengan tumpulnya penalaran kita. Panembahan Agung dan murid-muridnya telah memperalat kita. Disaat kita merasa kecewa dalam ketidakmampuan, mereka mengambil kesempatan. Kalian tidak perlu menanggung sumpah itu. Kalian hanya akan menyia-nyiakan nyawa kalian. Nah sekarang, apakah kau pun ingin menyia-nyiakan nyawamu sementara aku memberimu pilihan?’

    “Tetapi Ki Ageng, aku merasa tidak pantas membiarkan Ki Ageng melakukan ini semua bagi perguruan kami. Perguruan Wirapati tidak sepantasnya bersembunyi sementara ada dendam yang harus dituntaskan. Dengan cara yang paling menyakitkan sekalipun kami harus membalaskan dendam”

    • Selamat menyongsong gelaran perebutan juara 3 AFC-23 2024.

      Semoga menang….!

      Ayo… dukung dengan doa

      • Tengkyu

      • Kalau menang kayaknya mau ada bonus wedaran nih

      • babak 1 posisi masih sama kuat 1 : 1

    • Ah….ternyata ulasan janji satria yang pernah diulas sepertinya jauh kopi dari pisang goreng, yang nyatanya dalam cerita asli justru Ki Ageng Selagilang berencana untuk mengingkari dengan alasan bahwa janji itu keluar karena kekecewaan dan mengoyak pertahanan lahir bathin pada saat itu.

      Dan ternyata pula cara mengingkari yang lebih enak dan tidak menanggung malu sendiri adalah dengan strategi melakukan “pengingkaran berjamaah” dan harus tidak tanggung2, maka satu perguruan Wirapati yang tersisa diajak barengan untuk ingkar berjamaah.

      jadi kesimpulannya janji atau sumpah bisa batal dengan mudah kalau ada jamaahnya ….hehehe

      • Janji kalau menyalahi tatanan malah wajib tdk ditempati

        Alhamdulillah baca wedaran lagi

        Salam sehat buat semua

        Maturnuwun ki AU, ki PS ugi tim Gagakseta 2 🙏🙏

        • Weh ..agak berat komen Ki Sam ini “janji menyalahi tatanam wajib tdk ditempati” kalau diambil contoh yg cocok sepertinya menyangkut sewa/menyewa Jual/beli atau KPR kepemilikan rumah kalau belum beres transaksinya tdk boleh ditempati ….hehehe

          • woww ini maunya ki Adiwas.. nggak mau melunasi KPR dan belanja tidak mau bayar. itu jelas tatanannya.

            saya setuju dengan ki Sam asal jangan menyalahi tatanan..

          • weh berjamaah ni 😝 dikasih contoh malah nuduh balik pasti iki gayane tetangga sebelah …hehehe✌️

          • Janji itu Ditempati atau Ditepati harusnya Ki Abi??? ojo langsug ngegas ..🤭🤭

    • Perguruan Wirapati ternyata masih membawa dendam yang harus dituntaskan, kalau tidak salah pada kaula Manoreh dendamnya karena perguruannya diobrak abrik apakah Ki Ageng Selagilang akan ikut berperan kalau perguruan Wirapati setuju untuk ikut mengingkari janji secara berjamaah dan tidak menepati, kemudian akan ikut mengobrak abrik Manoreh sebagai bentuk perjanjian baru melampiaskan dendam perguruan Wirapati ??…wowww …hehehe

    • halaman 76 Alinea ke-3 dari bawah itu berbunyi Mistyping sbb:

      Nama-nama yang disebutkan oleh Ki Ageng Lawang Geni adalah sebagian dari sisa-sisa perguruan Wirapati yang menyingkir ke Lembah Merapi Merbabu setelah dihancurkan dari tanah perdikan Menoreh.

      Itu harusnya Ki Ageng Selagilang

      Maturnuwun

  41. Menjelang jilid ini selesai tapi kok belum ada bocoran draft gambar sampul ya ?. Atau bocoran ilustrasi dalam. Piye iki ?😉😜

  42. KLMM-22 halaman 77-78

    “Dendam kalian pasti akan tuntas. Aku yang menjamin. Tetapi untuk saat ini, aku memutuskan bahwa bergabung dengan Padepokan Panembahan Agung bagi Perguruan Wirapati adalah kesalahan. Kalian hanya akan dijadikan tumbal disana. Mereka memperlakukan kalian secara sewenang-wenang”

    Putut Sanggalangit kini menarik napas panjang. Memang benar, perlakuan di padepokan Panembahan Agung sebenarnya sangat menyakitkan. Orang-orang dari Padepokan Wirapati bahkan hampir saja ditempatkan di luar dinding padepokan karena dianggap hanya sekelompok orang yang tidak berguna disebabkan oleh rendahnya kemampuan kanuragan yang dimiliki secara rata-rata.

    Demikian juga harta benda yang mereka bawa tidaklah banyak. Putut Sanggalangit pun merasa sakit hati karena penerimaan di Padepokan tersebut ternyata sangat tergantung kepada dua hal diatas. Untunglah Ki Ageng Selagilang kemudian bersedia menjadi pelindung mereka. Sehingga sedikit banyak Perguruan Wirapati mendapatkan perlakuan yang lebih layak meskipun mereka harus merelakan hampir setiap keping harta yang sempat mereka bawa saat menyingkir dari Padepokan Wirapati yang baru beberapa waktu lamanya berdiri di Menoreh sebagai upeti mereka terhadap Padepokan Panembahan Agung. Belum lagi desakan dari Panembahan Agung  sendiri yang lebih menyukai hadiah dalam bentuk lain. Yaitu pemberian perempuan-perempuan muda nan cantik sebagai upeti yang paling disukainya.

    “Bagaimana?” desak Ki Ageng Selagilang. “Apakah kau tidak mau patuh padaku? Sementara Ki Wirapati sendiri, bahkan guru kalian jika masih ada akan mematuhiku?”

    Putut Sanggalangit masih tampak meragu. Keningnya dipenuhi kerut kemerut seperti berpikir keras memahami perintah Ki Ageng Selagilang yang tidak disangkanya.

    “Tidak usah kau pikirkan apapun lagi. Kalian tidak bisa berbuat apa-apa lagi disini. Nah, kalau kau masih peduli dengan nyawamu dan kawan-kawanmu, ikuti ancar-ancarku untuk menemukan padepokanku. Berkumpullah dengan saudara-saudaramu disana. Tunggu aku atau muridku memberikan perintah lebih lanjut” bujuk Ki Ageng Selagilang lagi dengan suara merendah.

    Putut Sanggalangit pun akhirnya mengangguk mengiyakan. Iapun menyadari bahwa pilihan yang diberikan Ki Ageng Selagilang terasa lebih ringan daripada ia harus menghadapi kemarahan Panembahan Agung. Hukuman berat pasti sudah menanti. Bahkan hukuman itu bisa jadi sampai akan memisahkan nyawa dari raganya.

    “Tetapi bagaimanapun sumpah tetaplah harus dilaksanakan. Panembahan Agung tidak akan memberi ampun siapapun yang mengkhianatinya” membatin kembali keragu-raguan Putut Sanggalangit.

    “Ki Ageng sudah menyatakan janjinya. Kepada siapa lagi kami akan meminta perlindungan?” kembali suara hati Putut Sanggalangit bersuara untuk mementahkan keragu-raguannya. Ia pun akhirnya mengikuti petunjuk Ki Ageng Selagilang untuk menyingkir dari Padepokan Panembahan Agung.

    Tetapi sesaat sebelum ia membalikkan diri mengikuti perintah Ki Ageng Selagilang, Putut Sanggalangit tampak tercenung sembari sekilas wajahnya menatap Ki Ageng Selagilang.

    “Apalagi yang kau pikirkan?” desak Ki Ageng Selagilang.

    “Ki Ageng…mohon ampun jika aku berkata lancang. Akan tetapi aku tidak bisa lagi menahan keingintahuanku terhadap sesuatu hal” ujar Putut Sanggalangit dengan hati meragu.

    “Apa yang ingin kau ketahui?”

    • saya ikutin cerita ini karena ada TAS dan warisan SH Mintarja, tapi pengarang sengaja mengaburkan keberadaan TAS, jadi males baca

    • “Dendam kalian pasti akan tuntas. Aku yang menjamin”

      Woww !!!! ….

      Apakah janji Ki Ageng Selagilang akan ditepati ???

      Yo embuh !!!…hehehe

  43. Mantap ini operasi sabotase Ki Ageng Selagilang

    • Menjelang selesai nya KLMM-22

      • malam ini libur ya

        • Libur berjamaah tapi sepasang mata bola selalu mengintip dibalik jendela … hehehe

          • Mengintip Mata hari

          • Pakai kaca mata hitam dgn bergaya penari sintren😝

  44. KLMM-22 halaman 79-80

    “Mohon ampun Ki Ageng. Sampai sekarang, aku tidak tahu menahu alasan mengapa guruku dan Ki Wirapati memindahkan perguruan kami ke Menoreh? Bukankah saat di pesisir utara sana perguruan kami sudah cukup mapan? Aku dan kawan-kawan seperguruanku terkejut seperti di sengat kalajengking mendapati berita bahwa kami akan pindah jauh ke Menoreh. Padahal menurut kami, perguruan kami sudah berkembang dengan baik di pesisir. Apakah Ki Ageng pernah mengetahui alasan-alasannya mengingat pada saat itu Ki Ageng lah yang sering datang ke perguruan kami sebelum kepindahan kami yang sangat tergesa-gesa diumumkan?”

    Ki Ageng Selagilang tiba-tiba mendesah dengan suara cukup keras. Apa yang ditanyakan oleh Putut Sanggalangit seolah-olah membuka kembali peristiwa yang telah lampau.

    Putut Sanggalangit merasa agak takut sekarang. Pertanyaan itu mungkin terlalu menyinggung Ki Ageng Selagilang. Mungkin setingkat Putut seperti dirinya tidak berhak menanyakan urusan seperti ini. Tetapi, keingintahuannya ini sudah sedemikian lama ia pendam semenjak mereka pindah ke Menoreh. Ia berniat menanyakannya pada gurunya atau Ki Wirapati. Tetapi kesempatan itu justru telah tertutup oleh kematian keduanya. Sekarang ia berharap, Ki Ageng Selagilang sedikit banyak mungkin mengetahui alasan-alasan dibaliknya.

    “Kau menuduhku terlibat dalam keputusan gurumu atau Ki Wirapati memindahkan perguruan kalian ke Menoreh?”

    “Ampun Ki Ageng. Aku tidak berani menduga seperti demikian. Namun pertanyaan ini selalu menjadi tanda tanya besar diantara kami. Mungkin Ki Ageng punya cerita yang dapat menjelaskan duduk perkaranya”

    Sesaat, Ki Ageng Selagilang memandang wajah Putut Sanggalangit yang sebenarnya cukup menggentarkan. Wajah itu selalu tampak keras dan garang bagaikan sebongkah karang. Namun dihadapan dirinya, wajah itu tertunduk.

    “Baiklah Sanggalangit. Aku akan berbaik hati untuk sedikit menjelaskannya. Tentu kau tahu bahwa gurumu adalah saudara seperguruan dari Kiai Pitutur Jati?”

    Putut Sanggalangit segera mengangguk.

    “Apa yang kau tahu tentang akhir hidup Kiai Pitutur Jati?”

    “Seorang perwira Mataram telah membunuhnya. Tetapi baru kemudian hari, aku mengetahui bahwa Agung Sedayu lah perwira Mataram yang telah membunuhnya” sahut Putut Sanggalangit dengan cepat.

    Kini giliran Ki Ageng Selagilang yang mengangguk, “Ya. Agung Sedayu yang membunuhnya”

    Putut Sanggalangit kini menatap Ki Ageng Selagilang dengan wajah mengeras. Terasa kembali panasnya api dendam yang menggumpal di rongga dadanya terhadap senapati Mataram yang bernama Agung Sedayu. Ia berpengharapan bahwa dendam ini akan segera tuntas dengan dukungan Ki Ageng Selagilang. Maka Putut Sanggalangit pun menatapnya dengan penuh harap.

    —oOo—

    Bersambung ke Jilid 23

    • Dalam pada itu….

    • Paling TKP pindah menoreh

      • Si Peragu itu akhirnya bertindak setelah mertuanya terluka parah 😉

        • Bisa jadi ki, tp jangan sampai luka ki gede parah, luka boleh asal jangan luka dalam, kasihan

          • Mirip lirik lagu ki..

            Luka hati luka

            dalam sangat dalam

            air mata jangan tertumpahkan..

    • TQ wedarannya

      Dalam pada itu jilid 23 belum siap…illustrasi dan naskah belum masuk sepur…demikian pengumuman dari konoha…hehe

    • Berat sepertinya Ki Ageng Selagilang untuk berkoalisi memihak Mataram kalau dirunut dari silsilah kedekatan walau Teja Wulung muridnya sudah sadar tapi sepertinya dendam pribadi masih tetap jadi penghalang.

      Tunggu saja gambar cover yang muncul dijilid 23 mana yang lebih.mungkin muncul, apakah gambar Sekar Mirah yang ingin melabrak kademangan semangkak atau yang lain…..hiks

      • alasannya berat untuk berkoalisi apa ki

    • semakin seru

      • Menunggu bocoran cover jilid 23 yang agak julid cocoknya sih sosok Sekar Mirah ngelabrak Ki Demang muda …hehehe

        • Masih ragu-ragu mana yang mau dipasang Ki. Kan terbawa sifat lakon utamanya, peragu berat dia. Tapi peragu berat kok bisa jadi prajurit ya, nggak ada fit & proper test itu 😉😜

          • Secara pribadi memang AS tdk berminat jd prajurit. Penjelasan ini diurai dalam berjilid2 ADBM jaman Mbah Singgih HM ki. Beliau jadi prajurit karena yg memintanya adalah Panembahan Senopati sendiri karena beliau sangat tau kemampuan luar biasa pd diri AS. Pengenalan Panembahan atas kemampuan AS ini karena memang secara personal ada kedekatan, jd bukan jare wong liyo.. benar2 haqqul yakin.. Maka dengan demikian tidak perlu ada FIT AND PROPER TEST lagi ki.. Dan lagian utk mengangkat para pembantunya adalah HAK Prerogatif Panembahan selaku penguasa tunggal jaman itu.

            Teknik rekrutmen tenaga ahli sbg pembangu penguasa spt itu sampai sekarang masih dilestarikan dimana Presiden punya hak prerogatif utk mengangkat menteri.

            Juga para kepala daerah (bupati/walikota/gubernur) bs mengangkat para kepala dinas karena kedekatan pribadi.. kadang karena jd tim sukses juga.. hanya saja saat ini diatur agar TIDAK TERLALU kentara.. maka dilakukan Open Bidding dg sistem merit, maunya agar yg diangkat adalah para profesional.. tp apa lacur.. yg lulus juga sesuai pesanan penguasa ki..

            Wis talah.. sami mawon tibaknya..

            Mending cara yg dipakai jaman kerajaan dulu.. mereka diadu keprigelan dlm olah kanuragan.. yg menang diangkat jd senopati.. lebih fair.. he he

            Kalau sekarang ya ga diadu gelut.. tp diadu rekam jejak selama menjabat.. dan adu gagasan..

          • Kalau yang dimaksud peragu adalah TAS, sak jane ada hal aneh yang menjadi “huru hara” besar dalam terusan ADBM ini secara keseluruhan. Yaitu sebagai seorang “peragu” (cenderung teliti) setingkat Rangga (paham pranata hirarki keprajuritan), serta terkenal taat hukum, kenapa tanpa ragu TAS ikut campur tangan dalam istana sehingga “suksesi” tanpa sengaja terjadi ? BTW…. mungkin keinginan dalang

  45. WORO WORO

    NaskahKLMM-23 sebenarnya sudah selesai, tetapi masih menunggu selesainya gambar sampul dan ilustrasinya.

    Dengan demikian, maka kami belum bisa membuka gandok baru.

    Insya Allah, jika semuanya lancar ahir pekan rontal sudah bisa mulai diwedar.

    Mohon dipahami

    • rontal bermetatesis jadi lontar

      ron artinya daun, tal itu nama pohonnya, siwalan nama buahnya

      semacam blarak, glugu & klopo.

      orang jakarta menyebut siwalan dengan buah lontar, kenapa gak nyebut kelapa dengan buah blarak ya? wkwkwk

    • Asal sudah nggak ragu lagi soal gambar mana yang akan jadi gambar sampul, nggak bahaya Ki😉

      Jadi rada runyam kalau dah ketularan lakon kita di cerita ini yang peragu berat. Kalau sampai ketularan, bisa lama itu nongolnya gambar sampul😜

      • Mohon dipahami

        ojo ngeyelan ora usah gole celah …tut wuri handayani …hehehe

        • Tapi kalau mau buka gandhok 23 “bisa saja bisa” walau ilustrasi masih draf “toh naskah sudah ready.”

          Dan biasanya dibarengi wedaran walau hanya satu halaman agar lebih cantik, “toh naskah sudah ready” …. hehehe🤸‍♂️🤸‍♂️🏃‍♂️🏃‍♂️

        • Cuma intermezo Ki😉😜

    • Harpitnas

  46. Sebagai bahan diskusi, saya kirimkan salah satu draf ilustrasi dalam KLMM-23.

    • Niku mennopo gambaré Nyi Kalawati melawan Ki Rangga Sabungsari ?

      • Kalau lihat senjata tongkat baja kepala tengkorak yang terselip di pinggang perempun, itu bukan Nyi Kala Wati.

        Perempuan itu adalah Nyi Pandan Wangi

      • Ada tongkat tengkorak di pinggang. Kalawati itu bawaanya nggak gitu ki 😉😜

        Jelaslah siapa dia

        • Hmm… tetangga sebelah memang begitu caranya udah tau itu angka 6 masih ngeyel bilang angka 9 …hehehe

      • muridnya ki sumangkar…

        • Ponakannya Ki Mantahun saudara sepupu Tohpati dlm silsilah ilmu.🤭

      • Ada gambar atap rumah di background belakang. Bisa jadi itu di Menoreh, atau bisa juga di Semangkak. Jangan-janagan yang nyembul di pinggang itu tangkai rantai malah

    • Apapun sampul yg akan posted , …bagi kami ‘ TaS sering d bahas” itu udah lebih dari tema sampul ….hiks

      smoga dan berharap spya Tas lebih bnyak d bahas nya …. lanjuuuuuuuttt

    • Sekmir vs anak ki demang kampung sebelah

    • Nah …!!!

      Ternyata ilustrasi yang masih mentah tapi sudah bisa terbaca adalah gelut sosok perempuan julid dan tidak pernah peragu yang pasti seru gebrakannya.

      Sepertinya Ki Kumbala seta ingin memerkan sosok perempuan julid itu dengan terang2an dgn menyelipkan tongkat berkepala tengkorak diperutnya dan tidak sembunyi2 menutupi kebesaran perguruan kedung jati …ora bahaya taa …hehehe

      • bisa jadi nyi Dwani, untuk menunjukkan kehebatan Sekar Mirah, cukup dihadapi nyi Dwani saja, ancen julid nemen ya 😁

    • ilustrasinya sebenarnya sdh agak jelas, itu wanita yg punya tongkat baja putih berkepala tengkorak, Nyi Sekar mirah. Yg mungkin bentrok dengan Raden Tenggulun dari Panaraga.

      • Sekar Mirah sudah balik ke Sangkal Putung sedangkan Raden Tenggulun sedang makar di Manoreh, jadi tebakan ini seperti wedang sere jauh dari singkong rebus …hehehe

      • Jangan-jangan itu sraya dari demang muda itu ?. Jangan-jangan itu kakaknya rara wulan yang kabur dari rumah itu ?.

        Jangan-jangan…😉😜

        • Kalau masih jangan jangan boleh boleh saja toh masih acara tebak tebakan apalagi ilustrasinya masih berupa draf, dan bisa saja tongkat berkepala tengkorak berubah jadi sepasang pedang tipis atau sepasang belati ….itu haknya Ki Kumbala seta .. hehehe

          • Kalau yang pinggang sebelah itu juga ada, bisa jadi itu PW. Kalau sepasang belati panjang mestinya nggak sepanjang itu.

            Mestinya lebih panjang dari belatinya Ki Adiwa, tapi nggak sepanjang itu lah😜

        • Kita mengenal tokoh hanya dari senjatanya jadi draf yg masih oretan pensil masih bisa dihapus dan diganti mau tongkat pedang belati atau rantai tanpa merubah wajah gambar perempuan itu, toh sampai saat ini wajah PW SM dll tdk dpt dikenali😝

      • Ki Hendro mmungkin juga itu SM lagi memberi pelajaran Demang Srmangkak agar tidak jumawa menuatroni Sangkal Putung

    • Ampun pangeran, leren se’ tah aku ndadak loro nganu…

    • Dengan tetap menghormati dan menghargai pendapat para pinisepuh padepokan, saya berpendapat bahwa dalam ilustrasi itu menggambarkan SM yg sedang gelut dengan Demang muda Semangkak, bangunan yg nampak samar di belakangnya itu pendopo kademangan semangkak. Tongkat baja putih yg terselip di pinggang SM ada dua buah, mungkin SM sudah menemukan senjata kebanggaan Tohpati yg raib ketika di serahkan ke Pemerintah Pajang jaman Panglimanya Ki Gede Pemanahan lokasi serah terima tawanan sisa2 pasukan Tohpati dan persenjataan dilaksanakan di Sangkal Putung. Senjata itu pernah menggegerkan Mataram saat dipegang oleh Ki Saba Lintang berduet dg Nyi Dwani. Sedangkan senjata Tongkat Baja Putih yg lbh pendek dan jd piandel SM adalah warisan dari gurunya yaitu Ki Sumangkar yg mendapat pengampunan dari Pemerintah Pajang karena keberhasilan lobby tingkat tinggi Kyai Gringsing melalui Ki Gede Pemanahan.

      Kalau dua senjata andalan Perguruan Kedungjati sdh berada di satu tangan pewaris sahnya.. maka aman dunia persilatan utk sementara.

      • inguk inguk

        • Podo..wis biasa yen ganti halaman baru…yoo suwe..inguk-inguk mben esuk

        • jadwal rutin ki..

          inguk inguk gandok..

          tapi apalah daya

          gandoknya msh digembok

      • Sepakat dan sepaket Ki

        • Ngene iki Gupita lak tambah nemen kangene karo Pandan Wangi..

  47. Masih di gandok lama

    • Iya nih

      • KLMM-23 belum ada ya??

        kok lama

      • KLMM-23 belum ada ya??

        kok lama

        • Gandhoknya sudah ada tinggal tunggu wedaranya Sip

          • mana mana mana …

            Hiks

    • Masih di gandok lama

  48. suwe ora jamu, jamu godong kapok

    suwe ora metu, kesel ingak inguk…….

    ckckckck…

    smg ki arif dan ki satpam sehat selalu….

    • lagi pada cuti, libur panjang 🤣

      • WAYAHE

        • Wayah lingsir wengi..

          eling karo janjimu wingi..

          tak tunggoni nganti saiki..

          jebule awakmu wis lali..

          • Walah….

            Mulane to Ki, menawi dahar aja akeh-akeh.

            Dadine yo ngene iki, pules sarene terus nglindur.

            Hi hi hi ….

  49. RABAS KER

    RABAS KER

    RABAS KER

    SUWE ORA

    MACUL

    MACUL

    SEPISAN

    METU

    ULONE.

    SUWE ORA

    MUNCUL

    MUNCUL

    SEPISAN

    DADI

    LEGO NE

    plooong

    ploong

    plong

    sekar Mirah tawur sama Ki Demang muda samiran

  50. Nganti kesel le injan injen, kog ra njedul njedul,,,,

    • Sepure wis ganti om.

      • Weh,,,, matursuwun, tak nututui sepur sing anyar.


Tinggalkan komentar